Semuanya dimulai ketika pada saat zaman es atau 86788 sebelum masehi. Zaman itu sangat modern, semua binatang dapat berbicara seperti manusia dan konon, imbasan dari kehadiran manusia mereka mencari suara-suara sinemantik baru yang tidak dapat dimengerti oleh manusia, kecuali burung beo yang tidak berhasil menemukan linguistik mereka sendiri.
“apa-apaan ini, sungguh tidak penting dan tidak ada hubungan dengan cerita”.
“maaf om ini hanyalah sebuah intermezzo”.
“Intermezzo kok diatas??”.
“emangnya oom tau apasih intermezzo itu?saya tidak”
“Hmmm….entah lah, ah sudah lah ceritalah kau lagi, nanti pembaca tidak ketawa”.
“siap!!! Oom”.
Pada zaman dahulu kalajengking ada seekor kalajengking bermantel tebal terbuat dari bulu beruang es yang baru dibunuhnya tadi pagi, atas rahmat tuhan yang maha esa, sang kalajengking di anugrahi nama King Kalaje.
“Zaman itu benar benar ada dapat di buktikan dengan mengambil naskah kuno dan membaca di malam sunyi di perpustakaan Alexandria jalan bundo kanduang di depan sekolah mengah pertama nomor 2. Percayakah??jangan, demi menjaga jumlah rukun iman yang kau percayai sebanyak enam buah , jangan di tambah lagi. Mari kita lanjutkan.
King Kalaje adalah seekor kalajengking berpedang atau prajurit dari kerajaan kalajengking yang berhenti karena tertangkap basah mengkodot kalajeking gadis anak pak kalajengking petani. Sehingga Kingkalaje yang larinya cepat secepat kereta listrik pada zaman modern ini di berhentikan dengan sangat sangat tidak hormat.
Kingkalaje sangat senang (pada zaman itu senang bermakna marah dan sebaliknya-red). Kingkalaje sangat marah dan mencoba menjatuhkan kekuasaan raja Laukking, raja yang lalim, berspektrum bertubuh besar ketika dia terkena efek sisa radiasi lilin dan materi sehingga menghasilkan sisi gelap yang khas berupa binatang berkaki enam, memiliki capit yang timpang, dan memiliki ekor yang membengkok kearah kepala dalam ukuran yang sangat raksasa di balik tembok gua istana.
Kesenangan Kingkalaje tersulut ketika minyak tanah mengguyur api fikirannya yang sedang membara. Minyak yang dimaksud adalah, sumpah loyalitas Kingkalaje kepada raja, berupa kesetiaan sampai mati sampai maut melepaskan hubungan mereka dan di sambung kembali di akhirat, begitu katanya. Malam itu Kingkalaje sangat terkejut setelah mendengar pembicaraan dua ekor jantan korban kelaliman raja yang tak masuk akal di dalam otak kalajengking, manusia mungkin.
Kingkalaje menyimak pembicaraan dua orang yang berbunyi.
“ mas, mas, sampeyan wes diapaain sama sing arane Raja??
“ndak tau den do sangkek tu aden sadang lalok, tu kalua rajo ndak pakai sarawa,takajuik lah den, tu den lempar lari, dikajaan nyo lo mangaja den, sudah tu di hampok nyo den jo batu, sanang rasonyo diang, eeh sudah tu kalam se sagalonyo, pas den tajago , lah ndak basarawa se den, den bae takatuik, malasuih bunyi kantuik den diang, kanciang rajo mah.”
“kancing baju raja yang mana mas? Perasaan raja pake baju kaos aja deh”
“ e bano, sabana bana bano waang mah, kanciang tu kanciang, lai mangarati ang kanciang?”
“ngomong apaan sih mas? Aku gak ngerti, ohh jangan-jangan mas ngeledek saya ya? Sampai- sampai membawa bawa nama Bemo, cari rebut sampeyan tak gendong nanti”
“alah mah maleh den mangecek jo ang mah, pulang den cek lu minum jamu sari rapet bia ndak malasuih kantui k den.”
Diakibatkan karena kingkalaje dulu adalah seorang pasukan elit khusus pribadi dan terpaksa(pelitkuster) , dan di wajibkan bias menjadi seorang yang bilingual. Maka Kingkalaje sangat senang dikala mengetahui sang raja bukanlah Kalajengking gagah berani yang dahulu ia kagumi sebagai sosok pahlawan tanpa tanda tangan yang telah berhasil menekuk seekor harimau dengan menggelitiknya sampai mati, teryata seekor kalajengking pertama didalam sejarah perkalajengkingan disebut sebagai homo.
Kingkalaje akirnya pergi menghadap sang raja dan menyatakaan semua yang dia dengar dengan nada sangat senang dan sangat sopan menurut tata karma dan etika kerajaan yang membelenggunya selama ini.
Raja sangat senang sekali mendengar hal itu dan melempar king kalaje dengan batu berbentuk gelas, tapi king kalaje mengelak dengan gaya table manner. King kalajepun berlari ke atas genting untuk membuktikan apakah lagu tik-tik bunyi hujan di atas genteng iu adalah benar, ternyata iya dan bersembunyi untuk menggelar dan memilih persenjataan yang telah di persiapkannya, ada bamboo runcing, pedang ceng ho, tombak achiless, gigi dinosaurus, ekor anaconda dan ia memutuskan mengambil kemoceng sebagai senjata, lalu turun kebawah lagi.
Kingkalaje mendera raja dengan dasar kesenangan karena saudaranya kentutnya berlapus. Tetapi, sayang sekali raja malah meng-counter attack kingkalaje dengan menggeliat dan berubah menjadi burung sehingga kingkalaje berlari pontang pantin tanpa henti sampai menelusuri gunung hutan rimba sungainya banyak sekali.
Karena terlalu fit king kalaje jatuh pingsan dengan mulut ternganga. Tubuhnya terasa melayang di udara. Ternyata benar, king kalaje tebang, sibalik pangkuan burung beo, seorang petapa berbentuk beo jadi jadian tapi sesungguhnya itu kalajengking tua yang menuntut ilmu dari nyonya ratu buaya hitam, sehingga dia menguasai ilmu ketuban yang dapat merubah dirinya menjadi apa saja.
Lima belas hari king kalaje berada di hutan dan belajar ilmu ketuban yang dengan marah sekali di ajarkan oleh kalajengking tua itu. Memang dasar king kalaje sangat jenius, dia langsung menerima gelar kehormatan yang dimiliki oleh komunitas yang kerjaanya selalusaja menelitti dan mereka menetap di sebelah rumah petapa.
King kalaje pun kembali ke kerajaan yang dipimpin seekor Gay pertama di dunia itu. Dia menantang raja untuk bertarung. King kalaje memang hebat dan bias berkomunikasi dengan seekor beo setelah menguasai ilmu ketuban tersebut. Dia datang menunggangi burung beo asli dan menyerang kerajaan, habis sudah seluruh isi kerajaan termasuk sang raja homo.
Sang beo tidak puas dan berbalik memakan kingkalaje. King kalaje sangat terkejut tapi dia sanggup berkata “Aaaaaaaaa” saja s\ketika telah masuk kedalam pencernaan beo itu.
Beo itu pun tidak puas dan kembali ke komunitas dimana almarhum kingkalaje belajar ilmu ketuban dan memakan semua komunitas sambil menyisakan sang petapa tua,
Sang petapa tua pun berkoar bahwa dalam waktu dekat ini akan datang makhluk yang sangat cerdas dan sangat besar. Jika semua hewan bisa berbicara, maka mereka akan merusak alam jadi biarlah alam yang memberi tahu mereka secara sembubyi sembunyi. Jadi seantero binatang se jagat raya harus menemukan bahasa-bahasa mereka sendiri agar tidak di mengerti makhluk itu. Lalu sang kalajengking petapa mengutuk sang beo yang membuatnya sekarang di ujung paruh.
“gua kutuk lo supaye kagak bise meken kelejenkeng, di gante ame buah kelengkeng”
“aaaaaaaa”
Sang beo memakannya.tapi tiba-tiba perut beo berbunyi, karena sang petapa tua itu tidak mati di dalam perut beo, karena petapa itu sangat pandai berbahasa dan menguasai banyak bahasa. Ketika sang beo tercekik, maka itulah kesempatan sang petapa meminta tolong dengan menirukan suara bahasa yang di gunakan oleh makhluk yang konon akan datang itu.
Jadi burung beo yang bisa berbicara itu bukanlah di akibatkan karena beo tidak bisa menemukan bahasa sendiri tetapi di akibatkan suara meminta tolong yang di miliki petapa tua yang tidak pernah mati dan bersemanyam di dalam lambung beo. Mereka akan tetap ada di dalam perut beo pada setiap keturunan burung beo karena sang petapa menguasai ilmu ketuban yang dapat memperbanyak diri.
Wednesday, December 16, 2009
Labels:
literature


No comments:
Post a Comment